Apa itu Skrofuloderma?
Skrofuloderma adalah tuberkulosis subkutan yang menyebabkan pembentukan abses dingin & kerusakan sekunder kulit di atasnya. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak, remaja dan lansia.
Di mana saja predileksi penyakit ini?
- Regio parotideal
- Regio supraclavicular
- Regio submandibular
Apa penyebab Skrofuloderma?
Infeksi mikobakterium (M. tuberculosis (M. TB) / M. bovis / M. atypic) pada kulit akibat penjalaran langsung organ di bawah kulit yang terkena tuberkulosis. Tersering berasal dari kelenjar getah bening, tulang, dan sendi.
Bagaimana manifestasi klinis penyakit ini?
- Tampak sebagai nodul subkutan, berbatas tegas, dapat digerakan dengan bebas, tanpa gejala.
- Saat lesi membesar, nodul melunak tidak serentak: keras, kenyal, & lunak (abses dingin).
- Setelah beberapa bulan, terjadi perforasi.
- Timbul fistula & ulkus.
Bagaimana terapi Skrofuloderma?
Ulkus dapat sembuh spontan menjadi:
- Sikatriks/parut memanjang & tidak teratur (cord like cicatrices)
- Ditemukan jembatan kulit (skin bridge) di atas sikatriks.
Pengobatan skrofuloderma = pengobatan tuberkulosis sistemik dan melibatkan multidrug regimens (isoniazid, rifampisin, pyrazinamide, ethambutol).
Terdiri dari 2 fase pengobatan:
- Fase intensif: fase penurunan cepat M. tuberculosis (8 minggu)
- Fase lanjutan/fase sterilisasi (16 minggu)
Bagaimana cara merawat luka Skrofuloderma?
- Perbaikan higiene, menjaga kebersihan diri & lingkungan.
- Kompres dengan cairan antiseptik (povidone-iodine 1%) untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
- Bedah eksisi dapat mengurangi morbiditas & mempersingkat lama pemberian obat.
Hasil pengobatan tergantung pada:
- Kekebalan pasien
- Kesehatan pasien
- Stadium penyakit
- Kepatuhan pasien
- Durasi pengobatan
- Efek samping yang dialami.
Bagaimana kriteria penyembuhan & pencegahan Skrofuloderma?
Kriteria penyembuhan:
- Fistel & ulkus menutup
- Kelenjar getah bening mengecil (< 1 cm), konsistensi keras
- Sikatriks eritematosa menjadi tidak merah lagi
- Laju endap darah menurun & normal kembali.


Pencegahan:
- Vaksinasi BCG
- Mengendalikan diabetes & gangguan imun lain
- Diagnosis dini & pengobatan tepat pada pasien TB paru dapat mengurangi penularan melalui luka pada kulit (port de-entre M.TB)
- Promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan.
Referensi:
- Sterling, JC. 1. In Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. Human Papillomavirus Infections. Fitzpatrick’s dermatology (9th ed). New York: Mc Graw Hill; 2019. p. 3035-64.
- Perdoski. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
- Charifa A, Mangat R, Oakley AM. Cutaneous Tuberculosis. [Updated 2021 Aug 30]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482220/
- Roelan T. Practical Review of Diagnosis and Management of Cutaneous Tuberculosis in Indonesia. European Journal of Medical and Health Science. 2021; 3(5): 25-30.
- Nurman J., Setyanto DB. Skrofuloderma pada Anak: Penyakit yang Terlupakan? Sari Pediatri. 2010; 12(2): 108-115.