Banyak terminologi untuk mendeskripsikan sesorang di era milenial dan generasi Z, — ya sad boy lah, f*** boy lah, and this is, my friend, an unpopular yet realistically exist: Puyer boys and puyer girls.

“Kamu kalo gak bisa minum obat (tablet) gak bisa jadi dokter, loh” – kata Bokap, 2012.
Perkenalkan, saya dr. Muthia Kamal Putri, mantan mahasiswa fakultas kedokteran dari Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2012 yang akhirnya pada tahun 2018 lalu lulus UKMPPD dan terbit sumpahnya Januari 2019 kemarin (tahun lalu sih, but it feels like a blink of an eye). Ya, sudah setahun saya menyandang gelar dokter di depan nama — beberapa kali mendapatkan undangan disertai label dokter (dr.), dipanggil “dok” di RS tempat saya internship, dan mengirim paket untuk diri saya sendiri dari e-commerce dengan titel depan, dokter (dr.), memang narsis, tapi yang penting saya happy.
Guess what? I feel like I’m going to make a confession that is quite unpopular among medical practitioners: Saya gak bisa minum obat dalam sediaan tablet ataupun kapsul.
isn’t it iRoNic? ah, not really. Beberapa teman sejawat di fakultas yang saya naungi tersebut saya dapati tak mampu menelan sediaan yang sama. Siapa saja sosok cemen tersebut? tentu itu tidak penting. Perempuan? ada. Laki-laki? ada juga. HEHEHEHE.
Kesulitan menelan obat dengan sediaan tablet demikian disebut dengan istilah, ‘dysphagia’ or as said in some of the pharmacy article, difficulty in swallowing tablets/ capsules (solid medicine). Seperti kutipan situs https://www.rosemontpharma.com/, ada beberapa simptom yang menjadikan seseorang masuk kedalam kategori dysphagia obat, antara lain:
- Sensasi choking (tersedak) dan batuk ketika menelan sediaan solid.
- shortness of breath when trying to swallow and regurgitation (napas menjadi sesak atau kesulitan dan regurgitasi/ cairan yang masuk refluks ke saluran napas atau aspirasi).
- Merubah sediaan menjadi puyer/ pulveres sehingga lebih mudah ditelan (yang saya lakukan seumur hidup).
- Need to break my tablet into smaller pieces so an individual can take it (di-potek).
- Mix medicine with food or drink to make it easier to take (pernah denger fenomena minum tablet pake nasi/ air/ sampai pisang? sudah pernah saya coba, hasilnya? pisang tertelan, obat utuh di mulut) 🙂
- Need to suck or chew my medicine before I can swallow it (saya terapkan pada antimo, anaknya memang doyan mabuy, motion sickness).
Conditions that Cause Dysphagia
Tua atau muda, bukan soal. Berikut kutipan dari www.rosemontpharma.com, penyebab terjadinya kondisi dysphagia:
Older people – around 60% of people over 60 have struggled to take solid medicines like tablets or capsules at some time.
Dry mouth –getting older can mean less saliva in the mouth which makes swallowing tablets more difficult. Also some medicines can cause mouth dryness.
Stroke – after having a stroke, many people have swallowing difficulties at least for the first few months. In the early stages of stroke, nearly 80% of patients will have some sort of swallowing problem
Other diseases – such as Parkinson’s, Alzheimer’s and Motor Neurone disease can all affect a person’s ability to swallow solid medicines, for example around 50% of people with Parkinson’s disease will have some difficulty with swallowing.
Diabetes – people with long term diabetes may develop some degree of swallowing problems
Throat or neck problems – tumours or radiotherapy in this area can lead to swallowing difficulties
Children – there is no set age at which children are able to swallow solid medicines, but some can struggle until they reach their early teens and even beyond!
But remember, you don’t need to have anything wrong with you to find swallowing tablets or capsules difficult.
snap, snap, snap.
Is that thing in me making me less of a doctor? jawabannya “nggak”, karena kenyataannya banyak yang gak bisa menelan obatpun, tetap bisa jadi dokter. Ketika kamu tes tertulis masuk kedokteran pun, tidak ada pertanyaan, “Ya anak cucu Adam dan Hawa, bisa kagak lu nelen obat?”, alhamdulillah, pada praktiknya tidak seperti itu dan saya tetap bisa menjadi dokter, the dream job I was longing of becoming.
Saya yakin sekali, problematika seperti ini bukan saya dan beberapa kerabat cemen saya saja yang menghadapi, tapi banyak di Indonesia ini (meski tidak berdasarkan sensus kependudukan atau epidemiologically approved), banyak yang gak bisa menelan tablet,kapsul, ataupun kaplet, non sugar coated or sugar coated.
Saya menawarkan solusi cerdas untuk menanggulangi ke-cemen-an kita dengan menambahkan pemanis buatan tambahan berupa syrup rasa buah. Syrup ini memudahkan saya dalam menelan obat dan pengalaman minum pobat pun tidak begitu terasa pahit berkatnya. Bernama dagang sirplus, harganya pun dibandrol dengan harga 18.000 rupiah saja. Caranya pun cukup mudah, tuang puyer ke sendok takar berukuran 5 cc dan tuangkan sirup sesuai seleramu. Banyak variant rasa juga, loh.
Oh ya, postingan ini gak disponsori sama sekali, bahkan saya saja masih berhutang bayar di apotek Cempedak milik dr. Doddy Suhartono, SpKK, FINSDV FAADV.
Ingat puyer, ingat sirplus 😉
P.S: Saya beli variant melon.
